July 24, 2012

Puasa Hari 1


Puasa hari pertama mengikuti jadwal di Austria yaitu pada hari Jumat. Bangun di pagi hari itu membutuhkan komitmen dan keinginan yang tinggi. Sebelum Subuh yaitu jam 03.43 harus sudah menyelesaikan sahur. Hari pertama sahur dengan roti gandum, satu buah pisang dan segelas susu coklat. Cukuplah untuk menahan lapar selama puasa yang harus ditempuh 17-18 jam. Tidak ada kumandang Imsak seperti yang biasa kudengar di masjid dekat rumah (di Jogja). Berbekal jadwal puasa dari website islamic finder, akupun harus mengatur jadwal sendiri. Alhamdulillah hari itu puasa lancar. Sorenya aku dan beberapa teman berjanji untuk mengikuti acara buka puasa di masjid Turki. 

Hujan lumayan deras tak menghentikan langkah kakiku untuk berjalan ke masjid yang jaraknya sekitar 15 menit dengan jalan kaki. Kami bertemu sebelum waktu berbuka tiba, sekitar jam 21. Ketika tiba di masjid, antrian di bagian laki-laki terlihat sudah ramai. Kami yang perempuan bergegas menuju lantai dua dimana biasanya jamaah perempuan berkumpul. Tak begitu banyak perempuan yang hadir hari itu, hanya ada tiga orang ibu-ibu dan lima orang remaja, ditambah tiga orang Indonesia yaitu aku, Sarrah dan mbak Nina. Namun walaupun sedikit, tak mengurangi hikmat dan niat untuk saling berbagi di hari pertama Ramadhan ini. Sembari menunggu waktu berbuka, beberapa remaja menyiapkan hidangan yang terdiri dari air mineral, kurma, salat sayuran, sup lentil, nasi dan lauknya berupa daging sapi yang dimasak dengan kentang dan beberapa sayuran lain. Selain itu yang khas dari hidangan ala Turki ini adalah roti. Ya, bentuknya bulat, ukurannya besar, biasanya sebelum dihidangkan terlebih dahulu dibagi menjadi empat bagian supaya mudah dimakan. Aku lupa menanyakan apa nama roti ini, tapi ini adalah makanan yang wajib ada dalam hidangan mereka. Walaupun sudah ada nasi, tapi kehadiran roti ini selalu saja harus menjadi pelengkap.  

Alhamdulillah adzan Maghrib pun berkumandang, kamipun membatalkan puasa dengan terlebih dahulu minum air dan makan sebutir kurma. Kemudian sup lentil dihidangkan dan dimakan dengan salat sayuran. Setelah itu barulah nasi dan lauk utama dihidangkan, dan dimakan bersama roti. Terasa berbeda buka puasa kali ini, seperti yang kuceritakan sebelumnya, inilah puasa pertama yang kujalani di negeri orang dan jauh dari keluarga. Tapi aku bersyukur karena masih bisa merasakan kehangatan di tengah musim panas di kota ini. Muslim dari Turki sangat baik, mereka selalu menanyakan darimana kami berasal, dan akan senang sekali ketika mendapatkan jawaban bahwa Indonesia adalah negara kami. Aahhh, Indonesia. Begitu biasanya reaksi mereka sambil tersenyum. Entah karena Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah umat muslim yang banyak, seperti Turki. Setelah menyelesaikan berbuka, kami pun mengikuti imam untuk segera melaksanakan solat maghrib. Dalam sujudku, ada rasa sedih. Tak terasa air mata menetes dalam doa yang kupanjatkan selesai solat. Teringat kedua orangtuaku yang harus melewatkan bulan puasa yang kesekian tanpa kehadiran anaknya. Teringat Jogja dan keluarga, dimana biasanya aku melewatkan hari-hari pertama bulan puasa sejak tahun 2001 bersama Om, bulik dan sepupuku. Sahur bersama adalah saat-saat yang menggembirakan bagiku. Bulik yang dengan sabar membangunkanku jika aku terlambat, dan setelah itu dia akan membangunkan sepupuku yang biasanya bangun paling akhir. Ah, semoga tahun depan aku sudah bisa berkumpul lagi dengan mereka. 

Selepas solat Magrib, kamipun mohon diri untuk segera pulang, karena sudah jam sepuluh malam. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih atas kebaikan hati para ibu dan remaja Turki yang sudah menerima kami untuk berbuka puasa bersama. Hujan tak lagi turun, tapi dingin masih menyergap. Kurapatkan jaketku dan mulai berjalan pulang. Semoga puasa hari ini Engkau terima Ya Allah.

No comments:

Post a Comment