Brazil…
Salah satu Negara yang masuk dalam daftar teratas yang (ingin) kukunjungi suatu hari nanti. Karena terpesona oleh cerita tentang Amazon, Pantanal, kota-kota di selatan Brazil nan cantik (sao paolo) dan Rio de Janeiro (salah satu judul lagu dari duo Maywood). Tak pernah kusangka impianku menginjakkan kaki ke Brazil akan terwujud secepat ini. Walaupun bukan sepenuhnya untuk liburan, tapi tetap saja begitu indah yang terbayang dalam benakku. Berawal dari email dari salah satu kolega yang menanyakan apakah aku bisa mewakili project team kami untuk mengikuti pertemuan di Brazil. Tentu saja kuiyakan dengan senang hati.
Mulailah aku mencari-cari informasi tentang bagaimana cara mendapatkan visa dan penerbangan apa yang paling mudah untuk mencapai Brasilia. Pertemuan itu akan diadakan di Kota Pirenopolis, sekitar 2 jam perjalanan dari ibukota Brasilia. Selengkapnya tentang kota ini akan kuceritakan kemudian. Ternyata untuk mengurus visa harus melalui kedutaan Brazil yang ada di Vienna. Karena di Kota Innsbruck tempatku tinggal, tidak ada konsulat Brazil. Pengurusan visa sangat mudah, dengan mengisi formulir online dan melengkapi beberapa dokumen lain, setelah itu diserahkan ke kedutaan di Vienna. Sekitar 3 hari kerja, visa sudah jadi dan bisa dikirim melalui pos ke Innsbruck. Kupilih penerbangan dengan menggunakan maskapai Portugal yang hanya perlu sekali transit di Lisbon. Dari Innsbruck naik travel sekitar 2 jam, dan terbang dari bandara Munich sekitar jam 6 pagi. Sampai di Lisbon 3 jam kemudian, dan langsung melanjutkan perjalanan ke Brasilia dengan waktu terbang 10 jam.
Munich-Lissabon (Lisbon) |
Sore pertama
Musim panas menyambutku di Brasilia , hamparan hutan tropis hijau memukau mataku, seakan tak percaya bahwa yang kulihat ini adalah bagian dari Brazil . Tak henti kupanjatkan syukur dan terima kasih yang teramat dalam untukNya karena telah membolehkanku untuk melihat belahan duniaNya yang lain. Sungguh, nikmat yang tak terkira. Pesawat mendarat dengan mulus, para penumpang pun bertepuk tangan sebagai tanda terima kasih kepada sang pilot yang telah membawa kami dengan selamat. Pukul 5 sore waktu Brazil , aku bergegas keluar dari pesawat dan menuju tempat pengambilan bagasi, tentunya setelah melewati pemeriksaan paspor. Ini pertama kalinya aku kebingungan dalam hal pencarian koper di conveyor belt. Sistemnya agak aneh menurutku, karena ada dua conveyor belt untuk satu penerbangan. Kulihat tak hanya aku yang kebingungan, banyak penumpang lain yang juga merasakan hal yang sama. Sekitar 45 menit kemudian, barulah aku bisa bertemu lagi dengan koperku tercinta. Akhirnya.....
Brazil, at the first sight from above
Keluar bandara, mataku langsung beraksi mencari tempat penukaran uang. Karena sebelum berangkat tidak ada waktu untuk menukar uang euro dengan mata uang lokal Brazil (Reais/Real). Dekat pintu kedatangan aku menemukan satu conter penukaran uang, tapi sayangnya mereka tidak bisa berbahasa Inggris (bahasa nasional adalah Portugis). Akhirnya pilihanku jatuh pada sebuah mesin pengambilan uang berwarna merah yang ada di suatu pojok bandara. Setelah mengambil beberapa Reais (yang kurasa cukup), aku kemudian mencari taksi untuk mengantarku ke tempat menginap sementara. Agak sulit memang, karena supir taksi tidak bisa berbahasa Inggris, tapi kucoba menanyakan harga dengan isyarat jari dan dia mengerti. Setelah kusodorkan alamat yang dituju dan kami setuju dengan harganya, taksi pun mulai beranjak meninggalkan bandara Brasilia.
From hotel balcony
Tak terkira senangnya hatiku, memandang sekeliling dari jendela taksi yang kecil. Mencoba mencari dan melihat sebanyak mungkin tentang kota ini. Apapun itu, dari mulai pepohonan yang hijau, orang yang lalu lalang di jalanan dan bangunan yang menjulang tinggi (ciri khas kota metropolitan). Tak berapa lama, sekitar 20 menit kemudian, sampailah ke alamat yang dituju. Aku pun mengucapkan terima kasih kepada supir taksi yang sudah mengantarkan. Setelah mendaftar di resepsionis dan diberikan kunci kamar, aku bergegas menuju kamar yang terletak di lantai 14. Tempat ini terdiri dari 15 lantai, dengan bagian paling atas berupa kolam renang, tempat sauna dan ruang fitness. Kuceritakan kemudian betapa indah pemandangan dari atas sini.
night in Brasilia
Malam itu langit begitu indah, menyaksikan sang surya tenggelam dari balkon kamar adalah kegiatan yang sangat kusukai. Rasa lapar ternyata datang menghampiri dan kuputuskan untuk mencari sesuatu. Ternyata di depan tempat menginap adalah shopping mall, dan disini kutemui banyak sekali counter makanan siap saji. Tapi lagi-lagi bahasa menjadi kendala. Untunglah ada seorang gadis yang dengan senang hati menolongku untuk mencatatkan pesanan kepada pramusaji nya. Dengan itu terselamatkan rasa laparku. Setelah mengucap terima kasih pada gadis itu, aku kemudian kembali ke penginapan untuk menyantap makanan dan beristirahat. Masalah yang kusadari kemudian adalah ternyata colokan listrik disini berbeda dengan yang kupunya. Ah sudahlah, malam ini tak usah memikirkan colokan, besok pagi saja semoga bisa mencarinya.
bersambung...
No comments:
Post a Comment