Alarm ku berbunyi jam 4 pagi itu, dengan tenaga yang ada berusaha kumatikan sejenak dan kuganti angka ke setengah jam berikutnya.Rasanya masih malas beranjak karena dingin dan gelap. Tapi aku harus bangun karena hari ini langkah kaki akan kembali membawaku ke Munich. Belum puas rasanya menikmati udara kota yang satu itu di perjumpaan pertamaku dulu. Munich atau München adalah salah satu kota besar di Jerman yang paling dekat dengan Innsbruck. Sekitar 2 jam perjalanan menggunakan mobil dan akan lebih lama sekitar satu jam jika menggunakan kereta api. Hari ini aku mencoba sistem transportasi yang berbeda dari biasanya (kereta api). Sistem ini disebut dengan mitfahrgelegenheit dalam bahasa Jerman. Sistem ini mempertemukan dua pihak, pihak pertama yang menyediakan jasa dan yang kedua yang membutuhkan jasa tumpangan mobil. Dengan catatan kedua pihak ini mempunyai kota tujuan yang sama, maka transaksi bisa berlangsung. Websitenya dengan jelas menyajikan siapa hendak kemana, kapan dan ada berapa tempat yang kosong di mobilnya, boleh merokok atau tidak dan harganya sekali jalan berapa. Sangat efisien menurutku. Kita sebagai pengguna jasa yang ditawarkan tinggal mencari orang yang tepat untuk ditumpangi. Hanya perlu klik kota asal dan kota tujuan, maka akan keluar beberapa alternatif. Setelah itu memilih mana yang hendak ditumpangi, dan disesuaikan juga dengan jam keberangkatan dari kota asal. Cara yang paling mudah selanjutnya adalah janjian lewat sms atau email untuk bertemu di hari keberangkatan. Awalnya sempat ragu hendak mencoba, tapi tergiur juga karena harganya yang super murah bila dibandingkan dengan jasa angkutan lain seperti bus atau kereta api. Atas dasar pengalaman beberapa teman dan keamanan yang mereka ceritakan, akhirnya kuberanikan diri mencobanya.
Sesuai kesepakatan hari sebelumnya, aku harus menunggu di dekat Hauptbahnhof atau stasiun kereta api utama jam 6.30 pagi. Orang yang hendak kutumpangi bernama Markus. Aku ngga tahu berapa banyak orang yang akan menjadi teman seperjalanan selain Markus, karena dia bilang ada tiga tempat kosong di mobilnya. Berangkat dari rumah aku memutuskan untuk naik bus saja ke stasiun, karena pagi itu lumayan dingin. Sekitar sepluh menit lamanya jika naik bus. Kebetulan kemarin aku beli tiket bus 24 jam, jadi ngga perlu beli lagi pagi ini.
Turun dari bus, harus jalan sebentar ke tempat janjian sekitar lima menit. Jam masih menunjukkan pukul 06.20 CET. Jadi aku masih harus menunggu sepuluh menit lagi ditengah hawa dingin ini. Tapi tak apalah, daripada ketinggalan.
Ngga berapa lama kemudian, datanglah yang ditunggu. Mobil berwarna hitam parkir di pinggir jalan, dan sang pemilik yang seharusnya bernama Markus pun keluar. Kami lantas berkenalan sebentar dan kemudian masuk ke area parkir untuk menjemput orang kedua. Jadi terjawab sudah pertanyaanku sebelumnya. Setelah itu Markus langsung tancap gas menuju jalan tol yang menghubungkan Innsbruck dan Munich. Dalam perjalanan aku lebih banyak diam dan tidur karena aku mengantuk. Sesekali mereka berdua (Markus dan penumpang lain yang ngga sempat kutanya namanya) berbincang dalam bahasa Jerman. Aku terlalu ngantuk dan ngga paham mereka bicara apa. Jadi, lebih baik menuntaskan rasa kantuk ini. Setelah dua jam, sampai juga ke tempat dimana kami penumpang harus turun, karena Markus akan melanjutkan perjalanan ke kota lain yang lebih jauh di utara. Setelah membayar, aku pun memastikan apakah benar dia akan kembali malam itu juga ke Innsbruck, karena kalau iya aku mau menumpang lagi (dengan membayar tentunya). Dan dia menjawab “ya, tunggu saja disini jam sembilan malam nanti, aku akan menjemputmu lagi“. Deal, urusan selesai pagi itu, kamipun berpisah.
Stasiun itu bernama Feldkirchen dimana aku berpisah dengan Markus. Dari stasiun Schnell-bahn atau sering disingkat S-bahn atau kalau di Indonesia stasiun kereta dalam kota, aku harus naik kereta sekitar 20 menit ke pusat kota. Stasiun ini tergolong kecil dan hanya punya dua jalur rel saja. Mesin tiket tersedia dan aku langsung beli tiket untuk sehari penuh alias day ticket seharga €5,2 atau setara dengan Rp. 65.000,-. Tiket ini berlaku 24 jam untuk satu orang dan bisa digunakan untuk kereta bawah tanah, tram dan bus dalam kota. Betapa aku memuji sistem transportasi terpadu seperti ini. Praktis dan hemat.
Perlu melewati beberapa stasiun untuk sampai di pusat kota. Marienplatz menjadi tujuan ku selanjutnya, yaitu stasiun U-Bahn (kereta bawah tanah) yang berada tepat di city center kota Munich. Tak sulit menemukannya karena informasi yang ada di stasiun ini sangat teratur dan mudah dibaca. Kalau jeli membaca, ngga akan mungkin kesasar. Karena masih jam 8.30 CET, ternyata pusat kota masih sepi sekali. Dan setelah berjalan melintasi beberapa pertokoan, baru aku tahu kalau offnungzeiten alias jam buka tokonya rata-rata jam 10 pagi. Persis pertokoan di Indonesia ternyata. Karena di Austria, jam buka lebih pagi yaitu 09.00 CET. Ngga masalah, justru ada waktu untuk menikmati kota ini disaat masih sepi, tanpa hilir mudik penduduknya. Kujamin, pasti sejam lagi Marienplatz akan jadi lautan manusia.
Marienplatz merupakan pusat kota yang juga adalah pusat perbelanjaan. Jadi wisatawan yang datang kesini selain untuk melihat Neu Rathaus (Balai Kota) dan Rathaus Glockenspiel (kayak Jam Gadang gitu), ya tujuan utamanya adalah berbelanja. Pagi itu gerimis kecil menyertai langkahku. Setelah jam 10 pagi, satu persatu deretan toko yang sangat banyak itu mulai membuka diri. Akupun melangkahkan kaki ke beberapa toko yang ada di hadapanku. Tapi tak sampai satu jam kemudian, rasa bosan melanda. Akhirnya kuputuskan untuk sedikit berjalan ke arah luar pusat kota ini. Berbekal peta kota dan transportasi yang kuambil di stasiun U-bahn tadi, aku pun mencari-cari daerah mana yang sekiranya bagus untuk melegakan pikiran. Pilihanku pun jatuh pada Sungai Isar. Pasti akan menyenangkan berjalan-jalan di sepanjang sungainya di musim gugur seperti ini. Untuk menuju pinggiran sungai Isar, cara paling cepat adalah naik tram dan turun di halte Isartor. Dari halte ini, cukup berjalan dua menit saja untuk mencapai sungai. Perkiraan ku tak salah, pemandangan di sini begitu indah. Dedaunan yang sudah berubah warna menjadi merah, coklat dan kuning keemasan memberikan kesan yang damai. Mulailah aku beraksi dengan kamera saku kesayanganku untuk mengabadikan setiap jengkal pesona alam disini. Seiring tanganku yang tak hentinya memencet tombol untuk mengabadikan gambar, beberapa kali aku berpapasan dengan orang lain yang juga tengah menikmati Isar. Ada yang sendirian sepertiku, ada juga yang bersama pasangan, dan anggota keluarga yang lain bahkan bersama anjingnya. Bermacam-macam kegiatan yang mereka lakukan mulai dari jogging, bermain tenis meja, bermain air di pinggir sungai, melakukan ritual yoga, memotret dan masih banyak lagi. Senang rasanya, jadi merasa tak sendirian. Sepanjang siang dan sore itupun kuhabiskan di pinggir Isar yang menawan. Rasanya tak ingin beranjak, tapi karena dingin yang semakin sore semakin terasa, akhirnya aku melangkah menjauhi sungai. Kembali menyusuri jalan menuju stasiun U-bahn Marienplatz dan menunggu jemputan Markus di tempat semula. Sungguh, hari ini tak akan terlupakan, sampai jumpa lagi Isar. Semoga aku bisa mengunjungimu dilain waktu.
Munich, autumn 2010
No comments:
Post a Comment