December 26, 2010

It was raining in Madrid

Jarak tempuh dari Verona ke Madrid sekitar 2 jam penerbangan. Kami sampai di bandara utama kota Madrid sekitar jam 9 malam. Yang pertama kali tentu saja tempat makan, karena perut sudah lapar setengah mati. Bandara ini besar dan memerlukan kekuatan ekstra untuk berjalan dari terminal yang satu ke terminal yang lain. Sebelum makan, kami melakukan survei kecil-kecilan tentang letak penitipan tas, toilet, stasiun metro (kereta bawah tanah) dan juga lokasi yang nyaman untuk tidur. Ya, karena kami akan menghabiskan malam ini dengan tidur di bandara. Keputusan ini diambil karena beberapa alasan. Yang pertama tentu saja untuk menghemat biaya (daripada tidur di hostel), yang kedua karena kami sampai di bandara sudah malam jadi akan sangat rugi jika harus memaksakan diri mencari hostel. Begitulah, untung saja kami bertiga punya pemikiran yang sama dan saling mendukung, jadi keputusan ini tak sulit dijalankan. Dan ternyata, banyak juga traveler lain yang menjalankan misi yang sama dengan kami yaitu menggelar alas tidur di bandara. Macam-macam posisinya, yang datang duluan biasanya bisa dapat tempat yang nyaman dan agak tersembunyi. Kami mendapatkan salah satu pojokan di depan counter check in suatu maskapai. Tak apalah, yang penting bisa untuk tidur. 

Mempelajari peta sembari istirahat di bandara

Kami sengaja membawa bekal beberapa lembar koran sebagai alas. Tak lupa syal yang lebar dan jaket sebagai pengganti selimut, serta tas yang dijadikan bantal sementara. Maklumlah karena saat itu masih musim dingin, jadinya persiapan harus matang dan sebisa mungkin tidak kedinginan. Yang terakhir, pasang headset di kedu kuping supaya tidak terganggu dengan suara-suara di sekitar. Semua perlengkapan itu semoga bisa mengantarkan ke alam mimpi.

Kami bertiga berpose di bandara Barajas
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi ketika aku melirik jam di pergelangan tanganku. Ternyata sudah banyak orang yang mengantri di samping tempat kami tidur. Counter check in untuk beberapa penerbangan sudah dibuka. Akhirnya kamipun bangun, walau setelah semalaman tak juga bisa dibilang tidur. Tapi sudah lumayan bisa sedikit meluruskan punggung. Setelah berkemas, kami gantian menuju kamar mandi untuk bersih diri. Rencana pagi ini adalah berkeliling kota Madrid dengan tujuan utama stadion sepakbola Santiago Bernabeu, bangunan bersejarah dengan arsitektur Goudi yaitu Sagrada Familia dan pusat pedestrian La Rambla. Tak banyak tempat yang ingin kami kunjungi karena kami hanya punya waktu sampai jam 12 siang dan harus tiba kembali di bandara ini untuk melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya yaitu Valencia.

Dian sedang istirahat, sembari menunggu proses check in
Jam 6 pagi merupakan jadwal metro pertama yang ada untuk menuju ke pusat kota Madrid. Untungnya, tak perlu jauh-jauh karena stasiun metro sudah terintegrasi dengan sistem transportasi di bandara. Jadi hanya tinggal mengikuti penunjuk arah dengan lambang M maka disitulah stasiun metro berada. Di bandara Madrid ini, letak stasiun metronya ada di ujung terminal kedatangan. Kamipun membeli tiket untuk seharian karena harganya lebih murah dibanding harga tiket sekali jalan. Pagi itu, ternyata metro tujuan ke pusat kota sudah ramai oleh calon penumpang. Kamipun berbaur bersama mereka untuk bersama-sama menuju stasiun berikutnya.

Stasiun metro di bandara Madrid
Tujuan pertama adalah Sagrada Familia. Kami harus turun di stasiun metro yang bernama sama. Gerimis menyambut ketika keluar dari stasiun metro. Berbekal payung masing-masing, kamipun melangkah. Pandangan mata langsung tertuju pada bangunan dengan arsitektur gaudi ini. Sungguh megah, indah dan menawan dengan detil ukiran yang sangat beragam. Kami hanya mengagumi dari batas luar pagar saja, terkendala waktu yang sedikit jadi kami putuskan untuk tidak masuk ke dalam. Jalanan di sekitar mulai ramai walau masih sedikit gerimis. Matahari mulai menanjak, membentuk sudut yang semakin dekat dengan 45 derajat. Ada rombongan turis dari Asia di belakang kami, mereka juga sibuk mengabadikan gambar bangunan megah ini. Sayang di beberapa bagian sedang direnovasi, jadi gambarannya tak sepenuhnya utuh. Tapi jangan khawatir, tetap saja menarik. Di samping Sagrada Familia, terdapat deretan toko yang menjajakan souvenir khas kota Madrid dan juga masakan tradisionalnya. Kami mampir sebentar di salah satu toko souvenir untuk melihat-lihat. Tsomo membeli dua buah kaos berlogo tim sepakbola Madrid untuk kedua adik laki-lakinya. Sedangkan Dian membeli sebuah piring kecil untuk pajangan; itipan dari teman katanya. Aku sendiri tak membeli satupun, karena belum ada yang menarik hati.

Museum Reina Sofia

Stadion sepakbola kebanggaan Madrid















Siang harinya sekembali dari stadion, kami kembali lagi ke seputaran Sagrada Familia untuk makan siang. Pilihan menu siang itu jatuh pada makanan yang bernama Paella Marinera. Ini adalah salah satu makanan tradisional di Madrid, atau mungkin di bagian lain dari Spanyol juga. Sebenarnya masakan ini simpel, kalau di Indonesia disebut nasi goreng seafood. Persis sama, tapi mungkin ada bumbu khusus yang membedakan, aku juga nggak paham. Rasanya gurih, tak ada rasa pedas sedikitpun. Disajikan panas, langsung dari piring atau tepatnya wajan kecil. Dugaanku, setelah digoreng setengah matang, nasi goreng ini kemudian dipanggang sebentar. Karena bagian bawah nasinya sedikit lengket dengan wajan. Mungkin cara masaknya juga yang membuat rasanya agak berbeda dengan nasi goreng biasa. Yang jelas, cukup puas sudah bisa mencicipi salah satu masakan tradisional disini. 

Pose di depan Palacio Real, jam 7 pagi dan hujan
Hop on Hop off, sightseeing bus 

No comments:

Post a Comment