May 13, 2010

Sepeda merah jambu (2)

Akhirnya kesampaian juga berkeliling dengan sepeda merah jambu itu, walau hanya di seputaran dormitori, tapi aku cukup senang. Tujuan utama adalah mengunjungi Baggersee, see dalam bahasa Jerman berarti danau. Tak terlalu luas memang, tapi sinar matahari siang itu telah menarik hati masyarakat sekitar yang selalu merindukan sinar matahari. Begitupun aku, hangatnya sang surya memang anugerah yang indah dari Yang Maha Kuasa, di tengah dinginnya suasana musim semi. Awal musim semi sebenarnya sudah hangat, tapi cuaca disini tak menentu dan terus berubah-ubah, sehari mendung, sehari kemudian cerah. Adakalanya seminggu mendung, kemudian minggu berikutnya tetap mendung (begitulah adanya). Jadi jika ada matahari apalagi saat akhir pekan, maka tak ayal tempat-tempat umum seperti Baggersee ini akan penuh dengan manusia.

Banyak fasilitas yang bisa digunakan disini, mulai dari meja pingpong, jalur sepeda dan jalur jogging, tempat bermain untuk anak-anak, cafe yang menyediakan berbagai macam es krim, dan juga kursi-kursi panjang yang banyak terdapat di sekitaran danau. Aku memilih untuk duduk di pinggir danau, berupa batu-batuan kecil yang terhampar tak beraturan tapi tetap berkesan rapi. Batu-batuan kecil ini baik juga untuk terapi peredaran darah jika kita berjalan diatasnya dengan bertelanjang kaki, pikirku saat itu. Ditemani alunan musik kesukaanku dari pemutar musik kesayangan, sore itu sungguh sempurna walau hanya kuhabiskan seorang diri.

Ada dua anak kecil yang sedang menikmati dinginnya air danau di sore itu dengan pelampung yang berbentuk bebek. Sayang aku tak sempat mengabadikan anak kecil dan bebeknya itu. Sempat tertawa geli melihat mereka berdua bermain air tanpa rasa takut, sambil sesekali memanggil ibunya untuk melihat mereka dari tepi danau. Penasaran, kucelupkan kakiku ke dalam air, lama rasanya tak bermain air di laut atau danau seperti ini. Ternyata cukup dingin, berbanding terbalik dengan yang kupikirkan. Hangatnya mentari ini belum mampu ikut menghangatkan genangan air ini. Toh tetap saja aku tak perduli, kakiku kumainkan dalam sejuknya air, kecipak kecipuk bunyinya. Ah, segar sekali rasanya, menyelinap sampai ke ragaku yang terdalam.

Di tengah danau, ada seorang lelaki yang tengah berenang, mungkin dia sedang berlatih karena kemudian kulihat tak hanya sekali dia mengayuhkan tangan dan kaki membelah dinginnya air danau ini. Seorang altet mungkin, pikirku. Kagum melihatnya berenang mengelilingi danau, sedangkan diriku rindu setelah sekian tahun lamanya tak pernah lagi praktek berenang. Suatu saat, jika ada kesempatan pasti kan kuwujudkan kerinduanku yang satu ini.

Berkeliling tepian danau tak membutuhkan waktu lama, karena tak terbilang luas juga. Segera kuambil sepeda merah jambu itu dan mengayuhnya perlahan untuk kembali ke rumah. Jika ada kesempatan lagi, kann kuajak sepeda itu untuk berkeliling lagi menempuh rute yang lebih jauh, semoga.

(April, 2010)

No comments:

Post a Comment